“Do what you can, with what you have, where you are.” ― Theodore Roosevelt
Ini adalah cerita bagian kecil hidupku yang kusebut “Berbagi Inspirasi”, menjadi relawan fasilitator dalam sebuah gerakan yang digagas oleh Bapak Anies Baswedan dimana para profesional diberi kesempatan untuk berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia melalui sharing tentang profesi yang mereka tekuni dengan turun tangan langsung mengajar sehari di SD. Tujuannya adalah berbagi informasi dan inspirasi tentang berbagai profesi, dengan harapan agar para siswa memiliki lebih banyak cita-cita serta lebih termotivasi untuk memiliki mimpi yang besar.
“Beranilah bermimpi, karena dari mimpi kita bisa menggengam dunia” – Aprie Angeline
Senin, 21 November 2016, akan menjadi hari yang paling penting dan paling berharga bagiku. Menyambangi sebuah sekolah yang terletak di tengah kota Pekanbaru; SD Negeri 100, bersama rekan-rekan Inspirator dan dokumentator. Pengalaman pertama melakukan gerakan sosial berinteraksi dengan kepala sekolah, majelis guru juga para siswa yang lucu-lucu.
Badewey, saya mau cerita sedikit dulu nih jobdesc fasilitator yang saya perankan itu seperti apa.
- Briefing para relawan inspirator dan dokumentator sebelum hari inspirasi. Menjadi narasumber tentang Kelas Inspirasi dan Indonesia Mengajar.
- Informasi mengenai sekolah yang menjadi lokasi hari inspirasi.
- Diskusi dalam penyusunan lesson plan serta mengembangkan ide bahan ajar yang menarik.
- Diskusi tentang mengaplikasikan konsep manajemen kelas ke dalam bahan ajar relawan.
- Penyusunan matrix jadwal pengajaran, ide untuk acara closing/opening.
Intinya tugas utama fasiliator adalah sebagai sumber referensi bagi relawan inspirator dan dokumentator.
Kembali ke laptop! Pukul 06.30 WIB kami menjejakkan kaki di halaman yang cukup luas di depan sekolah yang merupakan sebuah fasilitas umum di lingkungan tersebut. Menyaksikan langkah kecil para siswa menuju gerbang sekolah sembari menyalami beberapa guru yang berjejer menyambut mereka. Seketika ingatanku menyelam mengingat kenangan di masa itu, masa dimana saya seperti mereka, memakai seragam merah putih berjalan kaki menyusuri jalanan tanah menuju sebuah bangunan papan dengan cat yang sudah memudar. Masa dimana pertama kali bertemu guru yang baik hati dan guru yang galak. Masa dimana bermain terasa menyenangkan. Ah, ingin rasanya sebentar saya kembali ke masa itu!
Waktu beranjak. Pukul 07.00 WIB kegiatan rutinitas sekolah setiap pagi senin; Upacara Bendera dimulai. Salah satu inspirator diminta menjadi pembina upacara. Dengan suasana khidmat, rangkaian demi rangkaian kegiatan upacara akhirnya selesai. Dilanjutkan dengan perkenalan para relawan serta ice breaking. Yuk, kita kenalan dulu dengan para relawan inspirator dan dokumentatornya.
- Irvan Rhamadani Prayogo – seorang Jaksa Penuntut Umum
- Elia Wardani – seorang Psikolog
- Donna Pertiwi – seorang Representatif Office Head perusahaan asuransi
- Amanda Riri Rizky – seorang marketing
- Mike Agnesia – seorang PNS di lembaga Kemenkumham
- Rila Sitilia Sari – sebagai photographer
- Rizki Kurniawan – sebagai videographer
- Wiwik Anggraini – sebagai pendamping fasilitator
Saya cukup senang dengan kesediaan kak Mike Agnesia sebagai Inspirator di grup kami sebagai pengganti salah satu relawan inspirator yang berhalangan ikut karena belum mendapatkan izin cuti untuk hari inspirasi. Dimana, beliau adalah koordinator Kelas Inspirasi Pekanbaru, bisa dibilang beliau ini adalah “Ibu Negara”-nya Kelas Inspirasi Pekanbaru yang mengkoordinir semua divisi di komunitas ini.
Pada sesi perkenalan saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa “Apa cita-cita kamu setelah besar nanti?” dan jawaban mereka masih umum seperti cita-cita kebanyakan kita waktu kecil dulu seperti : Dokter, Pilot, Polisi, dan Tentara. Ada juga jawaban yang membuat saya tersenyum, ada anak yang bercita-cita menjadi Pemadam Kebakaran bahkan Ulama. Hahaha
Sesi perkenalan selesai, kemudian dilanjutkan dengan ice breaking yang bertujuan agar para siswa merasa nyaman dengan lingkungan barunya dengan melakukan gerakan lucu “Chicken Dance” serta tepukan semangat. Hal yang paling menyenangkan adalah saat melihat anak-anak itu bergembira melakukan aktivitas tersebut serta merasa dekat dengan seluruh relawan.
Pukul 07.45 WIB, seluruh siswa istirahat. Kami manfaatkan waktu tersebut untuk briefing singkat seluruh relawan sambil menikmati makanan kotak yang telah disiapkan oleh pihak sekolah.
Pukul 08.00 WIB kelas dimulai. Seluruh relawan inspirator memasuki kelas masing-masing. Apa saja yang menjadi materi inspirator? Nah, Inspirator ini akan bercerita mengenai siapa dia – apa yang dia lakukan dalam pekerjaannya – bagaimana untuk menjadi seperti dia. Intinya adalah bercerita mengenai profesi yang mereka tekuni dengan metode pengajaran yang kreatif seperti menampilkan alat peraga (gambar profesi), mendongeng, sosiodrama dll. Sebagaimana tujuan awalnya adalah agar siswa mengenal berbagai macam profesi di kehidupan serta merangsang siswa tersebut untuk berani bermimpi besar.
Ada perasaan senang dan kagum ketika melihat langsung interaksi para inspirator ini dengan anak-anak di dalam kelas. Wajah-wajah lugu yang begitu antusias mendengarkan cerita dari inspirator yang berdiri didepan mereka. Namun, saya juga prihatin melihat ada anak yang berkelahi menggunakan kekerasan fisik, kata-kata kotor, serta menyanyikan lagu yang bukan untuk usianya.
Role demi role kelas berlangsung. Disini saya merasa bahwa tugas sebagai fasilitator cukup melelahkan. Sebagai time keeper saya mesti keliling, memastikan bahwa kelas berjalan dengan kondusif, berjalan sesuai dengan schedule yang telah disusun.
Kegiatan diakhiri dengan membuat pohon cita-cita. Dimana siswa menuliskan nama dan cita-citanya pada selembar sticky note kemudian ditempel pada poster berbentuk pohon yang telah disiapkan. Dengan harapan pohon tersebut akan terus tumbuh seperti semangat mereka dalam menggapai cita-cita. Yaa, mimpi yang akan mengantar mereka menemukan sebuah realita kehidupan kelak setelah mereka besar nanti. “Beranilah bermimpi! Dan teruslah bermimpi besar dik!”
Dilanjutkan dengan penanaman pohon yang telah disiapkan oleh sekolah lalu photo bersama.
“Relawan tak dibayar bukan karena tak bernilai, tapi karena tak ternilai” – Anies Baswedan
Saya senang, berada di lingkaran orang-orang yang memberikan energi positif. Memiliki visi dan misi yang sama di dunia volunteering. Terima kasih kepada Kelas Inspirasi yang menjadikan saya bagian dari gerakan ini. Banyak ilmu dan pengalaman berharga yang saya temukan di circle ini. Semoga dengan kelas inspirasi anak-anak bisa lebih giat membangun dan mewujudkan cita-cita mereka setinggi-tingginya. Cikal bakal generasi adalah anak yang memiliki banyak mimpi dan cita-cita. Semoga di pelaksanaan Kelas Inspirasi berikutnya saya bisa bertemu lagi dengan orang-orang hebat dari berbagai profesi dan memberikan inspirasi untuk generasi penerus.
Back to rutinitas, saya belum bisa move on dari wajah-wajah ceria di SDN 100 Pekanbaru. Saya setuju jika ada yang bilang ikutan KI akan bikin ketagihan, karena berada diantara orang-orang dengan energi positif yang memiliki jiwa kerelawanan dalam membangun negeri ini menuju lebih baik.
“Langkah menjadi panutan. Ujar menjadi pengetahuan. Pengalaman menjadi inspirasi” – Kelas Inspirasi